.. Gugurkanlah butiran-butiran rasa itu ... sebagaimana bergugurannya dedaunan bila telah pula tiba waktunya...
Sesekali tidak... Jangan biarkan hati menyimpan sesuatu yang telah mengering...
Kian membusuk seiring dengan bergulirnya masa...
Hanya mencipta penyakit yang berujung pedih dan sesal...
Lepaskan...
Yakinlah... Musim semi kan menyapa.... :)

Jumat, 19 November 2010

-:- Kontemplasi Episode Persahabatan -:-


Semua berawal dari kenal nya aku dan dia dari dunia maya satu setengah tahun yang lalu lewat situs jaringan sosial ‘Friendster’.. ‘OnLine’, log in mobile ^_^.. Sama seperti orang-orang pada umumnya suka ‘iseng’ aja untuk check atau view ‘home’ teman-teman di Friendster (Fs). Waktu itu ada satu ‘home’ yang menurutku uniq ku temui.. Dari tampilan foto Profile yang mengenakan kifayeh Palestine, aku mulai tertarik untuk view Profile nya. Hmm..Uniq juga, ada tulisan-tulisan yang keras mengutuk kekejaman kaum Yahudi, foto Tokoh-tokoh islam, pokoknya islami ekstrim abis dah (gayanya kayak missionaries islam bangeet, hehe)… Tapi uniq nya semua ditulis dengan gaya bahasa Betawi yang kental terus ditambah lagi dengan foto-foto dan minat pada profile yang mengindikasikan kalau si empunya ini juga ‘penggila bola’.. Masyaa Allah, ko bisa ya ada ikhwan begitu ??.. ^_^ Ada satu lagi yang membuat aku geli..sebagian tulisan-tulisannya yang islami itu diracik dengan sentilan-sentilan garing seperti sindiran…
Singkat cerita, akhirnya kita berteman di Friendster.
Waktu itu bulan maret 2009. Kami mulai sering berkirim testimonial/ comment berupa tausiyah, kata-kata hikmah sampai komen yang hanya sekedar bertanya kabar, sama halnya dengan teman-teman lainnya. Tentunya semua dalam batas kewajaran..
Sampai pada suatu hari, dia mencoba minta nomor Hp ku. Karena ku pikir dia orang yang ‘paham’ (cukup hanif. red) maka kuberikan juga nomer hp ku, tentu saja dengan maksud untuk bisa bersahabat, saling mengajak dan mengingatkan pada kebaikan.
Waktu berjalan, kita sudah begitu akrab dan nyaman dalam sebuah persahabatan meski belum pernah bertemu satu sama lain. Aku memanggilnya ‘Abang’, dia pun menyebut aku sebagai ‘dede’, ade nya.. Kita menjalin persahabatan ini seperti dua orang kakak-adik (saudara).
Persahabatan ini pun berlanjut ke Facebook, karena Fs sudah banyak ditinggalkan peminatnya termasuk kami. Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai mengenal ‘abang’ baru ku ini sedikit-sedikit. Mengenal juga keluarganya. Tapi begitu mencengangkan, ternyata teman yang sudah ku anggap abangku sendiri ini sama sekali berbeda dari bayangan ku dengan sosok nya dari profile yang ku kenal sebelumnya. Lewat cerita-ceritanya yang mengalir saat kami bertukar kisah berbincang-bincang lewat Hp, ia menuturkan semua apa adanya siapa dirinya sebenarnya.. Dari kisah kenakalan-kenakalan nya semasa sekolah, hingga akhirnya ia tamatkan dengan nilai apa adanya. Pergaulannya yang menyimpang yang mengakibatkan masa remaja nya dihabiskan di Terminal, sampai hilangnya kepercayaan dari keluarganya sehingga ia di sematkan sebagai ‘anak bandel’. Satu hal lagi baru-baru ini aku tahu ternyata dia juga seorang perokok berat, untungnya ia ga terjebak dalam ‘komunitas narkoba’. Sering terlontar banyak penyesalannya atas kesalahannya di masa lalu…
Aktifitasnya sehari-hari mengelola warnet milik keluarganya. Dia juga bergabung dalam komunitas Pendaki Gunung, karena hobby nya berpetualang menaklukkan gunung. Tak lupa juga, ternyata rambutnya ‘gondrong’ saudara-saudara.. Jauuh banget dari yang ku ilustrasikan dalam pikiran ku saat membaca profile nya sebelumnya…yang ku bayangkan kalau ia seorang ikhwan yang bersahaja, kharismatik, keras dalam prinsip-prinsip islam, dan tentu saja rapi..hehe..
Abang, biasa ku memanggilnya..menuturkan harapannya, Semoga dengan persahabatan, persaudaraan ini akan membimbingnya menuju hidayah Allah.. Begitu mengagetkan!
Pelan tapi pasti aku berusaha memahami semua harapannya, saling membantu, saling mengingatkan untuk senantiasa sama-sama belajar menjadi yang dicintai oleh Allah. Abang mengabarkan bahwa dirinya akan berusaha lepas dari rokok, memperbaiki tilawahnya yang masih terbata, mendalami pemahaman tentang prinsip-prinsip islam, bahkan ingin ikutan ‘ngaji’. Tercetus ikrarnya ingin benar-benar ‘Hijrah’!.. Aku mafhum mengenai niatnya dan tentu saja ikut mendoakannya..
Rasa kekeluargaan diantara kami kian merebak dengan kehadiran abang dan keluarganya yang begitu peduli atas musibah yang menimpa keluargaku. Mereka begitu berarti bagiku dan merasa bersyukur telah dipertemukan Allah dengan abang dan keluarga.
Hingga pada akhirnya abang begitu terkesan akan sosok diriku sampai-sampai ia mengungkapkan perasaan cinta dan sayangnya serta keinginannya untuk memintaku sebagai pendamping hidupnya.. Tentu saja hal ini tak mudah buatku. Aku mengelak, dengan meminta komitmen awal kita hanya sebagai sahabat atau saudara saja, meski kusadari aku pun merasa menyayanginya. Hal seperti inilah yang kutakutkan. Memang sebuah dilema ketika kita menjalin persahabatan dengan lawan jenis. Sunnatullah untuk ada kecenderungan saling tertarik sulit dielakkan. Haruslah dengan komitmen yang kuat, menjaga niat untuk tetap bersih dan tulus karena Allah bernaung bersama dalam persahabatan atas nama Ukhuwah fillah.
Persahabatan diantara kami mulai agak terasa ‘canggung’ dengan kejadian itu, meski abang sudah berulangkali meminta maaf padaku atas kesalahannya, atas pernyataan ‘gila’ nya yang menurutnya sudah menodai persahabatan indah yang kita jalin selama ini.. Satu kesalahan itu seakan-akan meremukkan semua kepercayaan dalam indahnya jalinan persahabatan persaudaraan ini.. Sediiih banget…… :”(
Aku..yang menurut abang terasa makin menjauhinya, membuatnya begitu sedih. Begitu pun sebaliknya, aku pun sedih dengan keadaan seperti ini. Kita layaknya ‘musuh’ karena sering banget berbeda pandangan dalam menghadapi situasi seperti ini, belum lagi ukhuwah yang kita rasakan makin hari makin kritis. Entah sampai kapan keadaan ini akan berakhir dan kembali ceria lagi seperti sebelumnya… Semua terasa makin mengikis ketulusan dalam persahabatan persaudaraan diantara kita..
Sampai suatu hari, aku menemukan sebuah buku yang membahas Ukhuwah ini, di toko buku kecil milik seorang akhwat, temanku. “Dalam Dekapan Ukhuwah”… Buku itu yang akhirnya sangat berkesan buatku.
Seorang kawan, dalam doa dan salamnya
Diberlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah “bencilah kesalahannya, tapi jangan kau benci orangnya.”
Betulkah aku sudah mampu begitu
Pada saudaraku, pada keluargaku, pada para kekasih yang kucinta?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
Betulkah kemaafanku telah tertakdir mengiringi takdir kesalahan mereka ?
Tapi itulah yang sedang kuperjuangkan dalam tiap ukhuwah dan cinta
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya…

Subhanallah… Aku seakan menemukan oase dari kerontangnya makna ukhuwah dalam menjalin persahabatan. Aku mulai memahami bagaimana seharusnya aku bersikap. Begitu menelusup kata demi kata mengajarkan dalam diam bagaimana seharusnya merawat hubungan persaudaraan, persahabatan yang indah…
Yaa Rabb…
Aku begitu tak ingin membiarkan orang-orang yang kusayangi, sahabat-saudara terbaikku berlalu begitu saja.. Aku benar-benar tak ingin kehilangan mereka hanya karena pertengkaran kecil ini.. Sudah begitu panjang rangkaian kisah indah mengharukan dalam jalinan silaturahim ini, Ya Rabb..batin ini menangis…
Akhirnya, buku ini pun ku paketkan untuk dikirim ke Abang, agar ia pun mendapati tetes embun dalam memaknai persahabatan dan persaudaraan indah ini. Dengan harapan kita akan sama-sama belajar bagaimana mensyukuri karunia Allah ini dengan meletakkan kebersihan dalam niat, memaknai kasih sayang dalam persaudaraan ini dalam lingkup yang lebih luas..bukan hanya sekedar memperjuangkan sebuah perasaan sayang ‘picisan’, melainkan ada sebuah kemuliaan disini jika kita mampu menjaga nilai-nilai kebaikan, kembali menyambung tali silaturahim yang hampir kering.. Memulai dengan berprasangka baik, melembutkan nurani kita…memperbaiki pemahaman dan keimanan kita yang ‘compang camping’, merenungi semua dalam Qiyamul lail..
Sebuah langkah yang baik, akhirnya komunikasi mulai tercipta lagi. Tak berapa lama, paket buku yang kukirim buat abang pun ternyata dibalas dengan kiriman paket dari Abang, sebuah baju kaos khusus buat tim pendaki lengkap dengan catatan perjalanannya selama pendakiannya di gunung Lawu baru-baru ini… Subhanallah, suasana kembali mencair..perlahan ketidaknyamanan itu kian menipis.
Ternyata, abang pun menuturkan begitu takutnya kehilangan..terlepasnya hubungan silaturahim, rasa kekeluargaan yang sudah bertahun kita jalin hanya karena kekhilafannya. Dia berjanji akan memperbaiki segalanya. Kita berusaha untuk saling meyakini, jika memang ada kasihsayang diantara kita, justru hal itulah yang patut kita syukuri sebagai karunia yang Allah letakkan dalam hati kita.. Maka tak sepantasnya kita bingkai dengan hal-hal yang tidak syar’i.
Alhamdulillah… Inilah tarbiyah dan solusi berkualitas dari Allah. Silaturahmi diantara kami masih tetap terjalin baik hingga saat ini. Jalinan persaudaraan, kekeluargaan kembali terajut lebih indah dan bermakna. Persahabatan dan persaudaraan yang hampir tersesat ini akhirnya menemukan kembali jalannya dalam dekapan Ukhuwah… Masyaa Allah… Sebuah karunia indah dari Allah..
“Dalam dekapan Ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di Surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, sekokoh janji.
Dalam dekapan ukhuwah..aku mencintai kalian karena Allah….”. (Salim A. Fillah)

Beruntai ucapan terimakasih bagi penulis dan penerbit Pro-U Media dalam menebarkan benih kecemerlangan, mencerdaskan anak negeri, membagikan cahaya bagi peradaban generasi islam.
Semoga akan semakin memupuk semangat untuk berkarya dan memberikan yang terbaik bagi sejarah…
Jazakumullahu khairan katsiraan.

" Kisah ini untuk diikut sertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u-html".

_Erika_