.. Gugurkanlah butiran-butiran rasa itu ... sebagaimana bergugurannya dedaunan bila telah pula tiba waktunya...
Sesekali tidak... Jangan biarkan hati menyimpan sesuatu yang telah mengering...
Kian membusuk seiring dengan bergulirnya masa...
Hanya mencipta penyakit yang berujung pedih dan sesal...
Lepaskan...
Yakinlah... Musim semi kan menyapa.... :)

Sabtu, 26 November 2011

**~** Ketika Ujian menjadi Harga... **~**


Alangkah uniknya hidup ini. Senangnya ujian, apalagi susahnya. Suka nya adalah cobaan, apalagi dukanya. Bahagia nya fitnah, apalagi sengsaranya, lebih fitnah..

Untuk sederet ujian di atas, dan juga ujian-ujian lainnya, setiap manusia punya kantung-kantung pertahanan dalam jiwanya. Bila ujian-uijan itu, benar-benar hanya ujian kemanusiaan, mereka, dalam batas-batas tertentu punya insting dan kekuatan kemanusiaan untuk bertahan..
Sebab Allah telah memberi setiap makhlukNya kecakapan untuk bertahan..
Sebab Allah tidak akan membebani manusia kecuali sebatas kemampuannya. Meski besar dan kecilnya, kuat dan lemahnya daya tahan seseorang menghadapi ujian itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal..

Tetapi..sederet cobaan di atas, sungguh akan terasa berat..bila sampai mengganggu sisi kemusliman seseorang, mengguncang keyakinan, mengotori moral ketundukan kita kepada Allah.. Lalu menjuntai dari dalam hati prasangka-prasangka buruk kepada Allah.. mengalir gumpalan-gumpalan kekecewaan akan takdir Allah.. bahwa Allah serasa tidak adil…

Maka..bencana ujian itu telah menimbulkan perlawanan yang sangat naïf. Ia sebenarnya bukan perlawanan, tapi sepotong bencana kemusliman yang sangaaaat memprihatinkan…
Lebih berat dari semuanya, adalah ketika ujian kemanusiaan telah merusak paradigma kemusliman kita. Ketika seorang muslim mulai tidak yakin dengan keyakinannya. Bangunan akidah yang meyakini bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh makhluk di langit dan di bumi mulai terlihat condong. Keraguan mulai merambat perlahan pada relung hatinya. Lalu dengan setengah takut mulai muncul pertanyaan, Dimanakah Allah dalam keadaan ini??...

Duh, Allah…kemusliman hamba-hamba Mu disini perlahan menuju kematian.. Kematian karakter kemusliman yang terbunuh secara premature. Padahal kemusliman itu sendiri belum lagi sampai pada performa nya yang utuh. Begitu pun ia telah menuai guncangan dan cobaannya..

Sebuah ujian adalah Takdir…

Takdir, karena manusia dicipta untuk diuji. Manusia ada dalam kuasa Allah. Allah menciptakan manusia, lalu sesudah itu Allah memberi mereka ujian demi ujian, Cobaan demi cobaan, fitnah demi fitnah..
“Maha suci Allah yang di tanganNya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa dia antara kamu yang lebih baik amalnya.”
(QS. Al-Mulk: 1-2)

Ujian dalam bentuk sesuatu yang menyedihkan- seperti kata Sayyid Qutb- sangat mudah di jelaskan. Bahwa ia berfungsi mengenali sejauh mana daya tahan seseorang, kesabarannya atas kesusahan, kepercayaannya kepada Rabb nya, pengharapannya atas RahmatNya..

Adapun ujian, cobaan dan fitnah dalam bentuk kesenangan, justru itu yang perlu penjelasan. Ialah bahwa ujian dan cobaan dalam bentuk kebaikan jauh lebih mencengkeram.
Betapa banyak manusia tegar menghadapi ujian yang menyedihkan, tetapi alangkah sedikit yang tetap kokoh menghadapi ujian pada hal-hal yang baik dan menyenangkan.
Betapa banyak yang sabar menahan sakit dan kepayahan, tetapi alangkah sedikitnya yang tegar dan sabar menghadapi ujian sehat dan kemampuan fisik…

Alangkah terbatasnya yang mampu menerjang beban-beban ujian yang menyenangkan itu..

Yang sabar terhadap kemiskinan terlalu banyak. Tak goyah jiwanya, tak goncang batinnya, tak terhinakan kepribadiannya..
Tetapi yang lulus menghadapi ujian kesenangan, kekayaan yang melimpah, syahwat dan kesenangan nafsu yang menemukan kepuasannya, ujian akan banyaknya waktu istirahat dan waktu luang.. yang kokoh tak terlena jiwanya atas semua itu hanya sedikit..sangat sedikit..

Apapun itu.. Ujian adalah Harga..
Semakin berharga benda, semakin mahal harganya..

Sebab, seperti kata Sayyid Qutb, “Iman bukan kata-kata yang di umbar. Tetapi ia adalah hakikat yang punya beban. Amanah yang punya cobaan. Perjuangan yang memerlukan kesabaran. Kesungguhan yang memerlukan rasa penanggungan. Tak cukup orang berkata aku beriman. Tanpa ia menunjukkan bukti-buktinya..
Hingga ia mengalami ujian lalu ia tegar dan keluar dari dalamnya dengan bersih..dan jernih hatinya..
Seperti api yang membakar emas, untuk memilih bijih murni nya dari karat besinya..


Maka…bila malam yang sunyi menghampiri..tanyakan, masih adakah benih-benih keimanan di pelataran batin kita?..
Bila pagi yang tak berkabut menyapa..tanyakan, adakah bunga-bunga kemusliman itu menguncup di relung jiwa kita?.......


**~** Salam Ukhuwwah : Erika ayesha **~**

##**##**##**##**##**##**##**##**##**##**##**